Selasa, 24 Juli 2012

Except those who have faith and do righteous deeds. Theirs is a never ending reward.
Amin, I want be a part of 'those' people who will get a never ending reward.......

Gue lagi pengen nge post. Tapibgue bingung sama title nya. Ya mungkin ada beberapa post gue yang ga nyambung sama isinya. But, enjoy it!

Much love,

Diahnury

Apa.

Ada tangis lalu ada tawa, ada manis dibalik kecewa. Begitulah biasanya, habis luka datang suka. Terimalah dg hati yg rela.

None.

Sometimes. Cry is the best way to ease a pain.

Minggu, 15 Juli 2012

Let's

Jam 1 sekarang, buka twitter, buka tumblr, buka facebook (yg mana sudah terbengkalai, tapi kalau ga ada ini socnet jujur, lupa ulang tahun temen).
Seketika mendapatkan semangat baru lagi setelah membaca tumblr nya itu orang. Rasa dan cita-cita yg dulu pernah ada dan sempet lenyap di hati. Sekarang muncul lagi. Dan malah ingin mengasah nya lagi.
Apa saya bisa?
Itu pertanyaan yg ada dalam hati, otak dan tangan saya.
Saya sendiri masih dalam usia yg tergolong labil. Mengambil keputusan tanpa mikir panjang, pemikiran yg rasional tidak digunakan dan malah akan menyakiti orang2 yg diam-diam tidak setuju dengan kita. Dan yg ada kita sendiri akan bersikap acuh kpd mereka.

See?
Saya msh blm bisa. Tulisan apa tadi. Hah. Ini salah satu pikiran random saya, besok tgl 16 Juli mulai tahun ajaran baru. Dan.........ya, saya msh belum siap. Belum siap untuk beradaptasi, blm siap menerima teman2 yg berbeda kepala, blm siap menerima kritik yg akan ada, blm siap menerima...........................ya inti nya saya blm siap dlm segala hal. Yg pasti, saya msh blm siap berjuang untuk mendapatkan nilai yg stabil tidak turun.
Perjuangan br akan dimulai.
Let's get a new life. With a new mission. With lots of love. Just believe in myself and God.
U know what I want.

sincerely,

diahnury (re:s.o yg msh amatiran)

Sabtu, 14 Juli 2012

Pict.


:'''''''''''''


........

"When I’m with you, I’m with you, and when I’m not with you, you don’t worry about where I am."

-Sarah Silverman.

Kolaborasi Rasa

Entah dimana kakimu berpijak malam ini. Bukannya telingaku tak pernah dapat kabar pasti? Jika angin berhembus lewat, dengar bisik rinduku yang terselip walaupun sesaat. Bukankah hangatnya kamu rasakan terus merapat? Jangan lupa pada sinar mentari di pagi hari. Jika suasana tak lagi terasa hangat, doaku akan senantiasa memelukmu erat. Doa-doa yang mengandung kadar rindu untuk bertemu dan doa-doa yang menjaga bahagiamu agar tak pernah layu. Seperti segelas kopi yang pernah kita bagi berdua, bahagiamu adalah bahagiaku. Biarkan kita menua, tetap kamu tiada dua. Dan tentang segala sedih milik kita, alasan mengapa kita selalu percaya bahwa cinta selalu mampu menyeka setiap tetes air mata.

Aku ingin membagi segalanya denganmu. Bisakah kau juga begitu? Telepatikanlah rindu ketempatku, agar satu rasa bisa kita icip bersama. Sudah, tutup matamu dari jarak diantara kita. Apa artinya angka ratusan kilometer. jika cinta kita tanpa jeda? Bukan jarak yang membuatku mempermasalahkan begitu banyak tanya. Namun seberapa usahamu untuk tetap mempertahankan kita. Jarak hanya pembatas. Lihatlah rasa yang kita punya selalu berteriak tak terbatas. Katanya, untuk mengumpulkan kita dalam temu se-susah mengumpulkan debu. Mari rapatkan hati kita dalam sebaris doa. Semoga kita dipertemukan saat rindu sedang mnemuncak, yang mencipta peluk paling erat dan senyum yang tak mau beranjak. Teruntuk doa yang tak pernah henti menuju titik dimana kamu berada, kuselipkan kepercayaan yang tak terhingga. Biar segenap impian dan kenyataan selaras, menjadikan kita untuk selamanya.

Aku percaya, cinta pasti punya cara sendiri. Mungkin spasi yang terselip kini adalah sebagian porsi skenario Tuhan yang tak terprediksi agar kita saling mengisi. Biarkan jarak terlipat, biarkan rindu terus dikali empat, ragu mungkin sempat lewat, tapi cuma kamu yang mampu mengisi ruang hati dan membuat debar melompat-lompat. Hingga suatu hari nanti, selain buah-buah cinta yang akan memecahkan sunyi, tabungan rinduku juga senantiasa melengkapi. Hanya supaya kamu tau, setiaku tetap bertahan bahkan hingga kini.

Meski sekalipun aku benci ditinggal pergi, tapi hati punya ketetapan yang takkan bisa berhenti. Meneruskan miliaran rasa cinta untuk selalu berada dalam siklus. Ya, aku tau kau bisa menilai mana yang tulus dan berakal bulus. Cintamu barangkali yang paling lurus, berhembus tepat pada aku yang telah lelah menunggu. Demi Tuhan, kini aku tersesat dalam cintamu yang paling hebat. Sekarang, mari kita jelajahi jatuh dan bangun bersama. Untuk sekedar membuktikan kepada mereka semua, bahwa setia itu setidaknya pernah ada.

Bahwa setia itu kita.

Rasa jadi Kata.
Ah yay. 13 Juni lalu, 2nd anniversary. Should I say and tell, what happens next? I got 4 white roses. And ya, we shared our story and many more.

Yes, I will.

Akan berusaha!

15th July 2012

The Photograph That Ended a War But Ruined a Life
“Murder of a Vietcong by Saigon Police Chief” Eddie Adams, 1968
“Still photographs are the most powerful weapon in the world,” AP photojournalist Eddie Adams once wrote. A fitting quote for Adams, because his 1968 photograph of an officer shooting a handcuffed prisoner in the head at point-blank range not only earned him a Pulitzer Prize in 1969, but also went a long way toward souring Americans’ attitudes about the Vietnam War.

For all the image’s political impact, though, the situation wasn’t as black-and-white as it’s rendered. What Adams’ photograph doesn’t reveal is that the man being shot was the captain of a Vietcong “revenge squad” that had executed dozens of unarmed civilians earlier the same day. Regardless, it instantly became an icon of the war’s savagery and made the official pulling the trigger – General Nguyen Ngoc Loan – its iconic villain.

Sadly, the photograph’s legacy would haunt Loan for the rest of his life. Following the war, he was reviled where ever he went. After an Australian VA hospital refused to treat him, he was transferred to the United States, where he was met with a massive (though unsuccessful) campaign to deport him. He eventually settled in Virginia and opened a restaurant but was forced to close it down as soon as his past caught up with him. Vandals scrawled “we know who you are” on his walls, and business dried up.

Adams felt so bad for Loan that he apologized for having taken the photo at all, admitting, “The general killed the Vietcong; I killed the general with my camera.”

 sources: http://fri-die.tumblr.com/

PKn Time ^o^

Yap, kalian semua tahu bahwa pelajaran pendidikan kewarganegaraan itu sedikit membosankan. I'm sorry, but it's a fact. Real fact.
Berhubung waktu kamis itu pelajaran PKn nya lagi ulangan lisan, saya laras dan cahya bosan. Finally, saya menjadi kejahilan dr mereka berdua. Dan inilah hasilnya -___-







Yaaaa, saya pikir ulang saya sedang (tidak) menghormati guru. Tapi, saya lakukan karena keadaan yg memaksa. Ketika barisan saya sudah maju semua dan tidak ada yg perlu di dengarkan. Jadilah begini hasilnya. Maafkan saya bu................................................................

nb: Ini udah jd draft dr tanggal 16 Mei
My last post on May 8th. So busy. On May and June. I've spent 2 months with a random feelings, actions and many more. Ya, dunno what I wanna post again. I will think about it for a moment.
*push the Publish button, dan terhenyak melihat title yg kosong*

Ah biarkan.