Ajari aku untuk memelukmu lebih lama, sampai aku lupa cara
melepaskannya. Ajari aku untuk menyadari bahwa kebahagiaan telah
tersedia sesuai porsinya, sebelum kesedihan melahap berpuluh suap. Ajari
aku caranya bertahan jika hatimu sudah bersikeras untuk melepaskan.
Ajari aku caranya menghafal segala pertanda, jika ‘usai’ atas kita akan
segera tiba.
Ajari aku untuk tetap tersenyum disaat pencipta senyumanku pergi
menciptakan senyuman untuk orang lain. Ajari aku caranya percaya pada
ikrarmu untuk membahagiakanku. Karena nyatanya, tindakanmu selalu
terbentur oleh dia. Ajari aku caranya bersikap saat di depanku kalian
menyodorkan sepiring cemburu. Ajari aku caranya menyeimbangkan
angan-angan dan kenyataan.
Ajari aku menyeleksi mana yang termasuk tingginya ekspektasi dan
kesungguhan isi hati. Ajari aku menuliskan kelanjutan cerita-cerita kita
tanpa harus sambil menitikan airmata. Ajari aku untuk menutup telinga
dari berita yang mencairkan luka. Ajari aku untuk mengeliminasi sesal
dan kecewa yang mulai berjejal. Ajari aku untuk menjelaskan siapa
sejujurnya, saat kau bertanya penyebabku ber-airmata.
Ajari aku memilih terus atau berhenti memperjuangkan saat hanya aku
satu-satunya yang berjuang. Ajari aku untuk tetap menatapmu saat yang
kau tatap bukan lagi aku. Ajari aku cara menyadarkanmu bahwa memang
bukan aku yang paling sempurna, tapi untukmu akulah yang terbaik. Ajari
aku untuk memutar rekaman peristiwa, dimana waktu berhenti disana,
disaat kita masih bersama.
Ajari aku merencanakan kepergian saat lukalah satu-satunya yang kau
suguhkan. Ajari aku mencelikkan mata pada yang hanya berniat menyakiti
saja. Ajari aku merakit maaf dan tulus mengirimkannya untukmu. Ajari aku
harus bagaimana meladeni ucapan manismu yang meninabobokanku ke dunia
mimpi. Ajari aku untuk tahu kapan batasnya berhenti atau meneruskan
seracik rasa lagi. Ajari aku menghapus airmata secepat kilat saat kamu
merangkul tangannya dan menghampiriku.
Ajari aku untuk berhati-hati saat senyummu menghiasi tiap temu,
sapamu jadi penambah nyawa bahagiaku dan percakapan kita meninggalkan
rona. Ajari aku untuk tidak lagi memanggilmu tempat singgah, tapi rumah.
Ajari aku untuk mengantisipasi rindu setiap selesainya sebuah temu.
Ajari aku menemukan pintu keluar dari labirin kehilangan ini. Ajari aku
untuk sabar menunggu, disela-sela ketidakpastian begitu erat
merangkulku.